
Narasi.net – Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menilai pemahaman nasionalisme yang bersifat jakartasentris malah melahirkan egoisme intelektual dan struktural.
Pernyataan Kang Dedi Mulyadi tersebut adalah respons pro dan kontra ucapan Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan yang meminta Jaksa Agung untuk mengganti kajati yang berbicara bahasa Sunda pas kedap.
Menurut Dedi, seseorang yang tahu diri sendiri sebagai penguasa Jakarta dan menguasai jagat Indonesia sudah mendorong pemahaman salah. Seolah-Olah orang itu paling mengetahui berkaitan Indonesia, tapi justru malah sebaliknya.
“Ucapan Bang Arteria Dahlan adalah ucapan akademisi dan politisi yang besar di Jakarta dan bisa memahami ruang lingkup pembangunan bersifat elitis sehingga kurang menyelami kebudayaan Indonesia dan tidak mengerti peradaban setiap daerah,” ucap Dedi, dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Kamis (20/1/2022).

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan saat ditemui wartawan di komplek Parlemen. (Suara.com/Bagaskara)
Mengucapkan bahasa area, kata Dedi, merupakan upaya kami didalam mempertahankan keberagaman dikarenakan bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Dikarenakan bahasa persatuan, ada bahasa tempat yang dipersatukan.
“Manakala bahasa tempat hilang, tidak ada lagi yang dipersatukan. Untuk tersebut, menggunakan bahasa Indonesia tidak signifikan kami melupakan bahasa tempat. Menggunakan bahasa area bukan signifikan kami kehilangan nasionalisme didalam hidup,” katanya.
“Akan tapi, sesungguhnya justru dengan menggunakan bahasa area di suatu tempat yang jadi kebudayaannya adalah nasionalisme yang sebenarnya,” lanjut Kang Dedi Mulyadi.
Dedi mencontohkan hal yang tidak cukup tepat adalah selagi orang Sunda menggunakan bahasa Sunda pada rakyat Papua di Papua. Atau orang Jawa berbicara bahasa Jawa pada penduduk Minang.
“Yang tepat tersebut orang Sunda berkunjung ke Papua bisa bahasa dan paham rakyat Papua, atau orang Sunda ke Jawa bisa berbahasa dan mengerti bahasa Jawa atau sebaliknya,” katanya.
Bagi Dedi, semangat toleransi adalah semangat mengetahui disparitas agar tiap tiap orang bisa mengerti keberagaman yang ada di Indonesia.
“Semoga momen berlangsung hari ini yang jadi hirup pikuk nasional, apa yang disampaikan sahabat kami Anggota Komisi III DPR RI jadi pembelajaran bagi orang Sunda,” Pungkas Kang Dedi Mulyadi.
Penutup
Semoga info diatas bisa membantu dan bermanfaat bagi kalian semua yang sudah membacanya. Terima kasih sudah membaca artikel ini hingga selesai.
Dan jangan lupa untuk membagikan web site ini kepada kerabat, sobat, teman kalian dan tetap konsisten mengunjungi Narasi.net supaya tidak ketinggalan info terbaru lainnya berasal dari web kita. Terimakasih